Ruang Lingkup Jurnalistik | Materi Kuliah
Ruang Lingkup Jurnalistik
Di pembahasan
sebelumnya kita semua sudah mempelajari pengertian, sejarah dan falsafa
jurnalistik. Secara singkatnya jurnalistik terbagi pada empat pengertian yaitu,
suatu kegiatan, proses, disiplin ilmu,dan kesenian. Yang masing masing
daripadanya sudah kita ketahui. Begitu juga dengan sejarah jurnalistik ada
beberapa versi. Tentunya setelah kita mengetahui pengertian, sejarah dan
sistemnya, kita juga ingin mengetahui seperti apa sih jurnalistik itu ? dan
bagaiamana ciri-cirinya? Kita akan masuk pada pembahasan selanjutnya yaitu
mengenai ciri-ciri jurnalistik.
A. Ciri-ciri Jurnalisme
Skeptis, orang banyak mengatakan
bahwasannya cirri khas dari jurnalisme itu skpetis. Tapi tentunya kita ingin
mengetahuinya terlebih dahulu apa sih skeptis itu?. Berikut penuturan dari Tom
Friedman “Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu,
meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah
ditipu”.[1]
Dan jikalau menurut kamus besar Bahasa Indonesia Skeptis adalah “…”. Kita ambil
contoh orang yang skeptis. Misalkan Budi menerima kabar bahwa tadi pagi
kawannya yang bernama Peni mengalami kecelakaan, dan Budi berkata “ masa sih ?
saya akan mengecek kebenarannya”. Nah sikap Budi yang seperti inilah yang
dikatakan skeptis. Ia meragukan kabar itu dan segera mengecek keenarannya. Lain
halnya dengan sikap sinis yang bertolak belakang dengan sikap skeptik. Orang
yang sinis merasa dirinya telah memiliki jawaban dari setiap peristiwa.
Misalnya masih pada kasus Budi. “ ah mana mungkin Peni kecelakaan, saya tidak
percaya” kata Budi. Sikap Budi yang seperti ini dikatakan sikap sinis. Sikap
sinis seperti ini tidak boleh dimiliki oleh seorang jurnalis.
Ciri yang selanjutnya adalah Bertindak, action yang
merupakan corak kerja seorang jurnalis. Suatu kejadian atau berita pastinya
tidak terjadi dikantor, melainkan di lapangan. Seorang wartawan yang memiliki
etos kerja yang baik ia akan bergerak dan bertindak mencari, mengamati dengan
ketajaman naluri yang dimilikinya terhadap suatu peristiwa, kemudian
menuliskannya. Coba kita bayangkan jika seorang wartawan hanya menunggu adanya
peristiwa. Apakah akan segera tersampaikan berita kepada khalayak? Nah kemudian siapa yang memberitahu ia akan
adanya suatu peristiwa?. Jadi pada intinya seorang wartawan harus bertindak
terjun ke lapangan mencari berita agar segera tersampaikan pada khalayak. Jadi
seorang wartawan itu kita janganlah mudah menerima sesuatu begitu saja dan
menganggap semua itu benar. Tapi carilah, temukan faktanya dengan didukung
dokumentasi dan sumber yang dapat dipercaya.
Berubah. “Jurnalisme itu mendorong perubahan”[2]
perubahan seperti apa sih yang dibutuhkan dalam jurnalisme? Kita semua
mengetahui bahwa zaman semakin ceoat berubah. Kemajuan teknoligi tidak dapat
dipungkiri menjadi penyebab berubahnya banyak hal, termasuk pada dunia
jurnalistik juga harus mengalami perubahan mengikuti zaman dan perkembangan
pola piker masyarakat.
Kita akan coba mengutip dari
perkataan Theodore Jay Gordon dari Future Group di Noank, Connecticut,
mengatakan bahwa “ada empat daya atau kekuatan yang mengubah dunia jurnalistik
pasca-industrialisasi, yaitu” :[3]
1.
Munculnya abad computer dan dominasi
alat elektronika
2.
Globalisasi dari komunikasi, dimana
geografi menjadi kurang penting
3.
Perubahan demografi
4.
Perkembangan teknologi
informasi yang begitu cepat.
Perubahan-perubahan diatas dapat dimanfaatkan oleh seorang wartawan
demi majunya jurnalisme dengan dukungan perkembangan teknologi dan cepatnya
informasi tersebar. Terlebih sekarang era digital yang merupakan eranya
komputerisasi dan internet membuat segalanya lebih cepat dan mudah.
Ciri yang ketiga adalah Seni dan Profesi, Jurnalimse itu
bukan mesin.[4]
Seorang wartawan sejatinya harus pandai melihat suatu peristiwa sehingga
menjadikannya sesuatu yang tampak unik, segar dan berbeda. Maka dari itu
seorang wartawan dituntut akan ke profesionalismeannya demi menciptakan seni
tulisan yang dapat diterima di khalayak. Namun seseungguhnya jurnalisme bukan
hanya menulis saja. Kita belajar pula tentang “apa sesungguhnya mencari itu dan
apa sebenarnya bertanya mengenaihal-hal pelik dengan kegigighan”.[5]
Ciri yang terakhir dari jurnalisme adalah dia sebagai Peran
daripada Pers. Menurut penuturan Bernard C. Cohen mengatakan beberapa peran
yang umum dijalankan pers diantaranya sebagai pelapor (informer).[6]
Sebagai sumber informasi tentunya harus dapat dipercaya, actual dan tajam tidak
memihak kepada siapapun dan benar-benar sesuai dengan fakta dan data dalam
melaporkan suatu peristiwa. Selain pelapor pers juga berperan sebagai interpreter
yang memberikan penafsiran atau arti pada suatu peristiwa.[7]
Selain dari keuda peran diatas pers juga berperan sebagai wakil dari public dan
Peran jaga.
B.
Prinsip-prinsip Jurnalisme
Tujuan daripada jurnalisme adalah menyediakan informasi yang
akurat, tajam dan terpercaya kepada khalayak yang dengan adanya informasi
tersebut dapat membangun masyarakat yang bebas. Kita akan coba memaparkan hasil
penelitian dari Committee of Concerned Journalist menyimpulkan
sekurang-kurangnya ada Sembilan prinsip jurnalisme yang harus dikembangkan.[8]
·
Kewajiban pertama jurnalisme adalah
pada kebenaran
Jurnalisme bukan mengejar kebenaran dalam pengertian saying
absolute atau filosofis, tetapi bisa dan harus mengejar kebenaran dalam
pengertian yang praktis.[9]
Seorang wartawan harus bisa bersifat transparan kepada sumber-sumber, sehingga
masyarakat bisa menilai sendiri informasi yang disajikan.
·
Loyalitas pertama jurnalisme adalah
kepada warga masyarakat
Seandainya seoarang wartawan harus memihak dalam menyampaikan
berita maka sebagai wakil dari public tentunya seorang wartawan harus memiliki
loyalitas yang tinggi kepada masyarakat dan kepentingan publik, dimana seorang
wartawan bisa menjadi mediator dalam penyampaian suara rakyat.
·
Inti jurnalisme adalah disiplin
untuk melakukan verivikasi
Dari sikap skeptic yang dimiliki sorang wartawan mengharuskan ia
disiplin pada profesionalitas yang dimilkinya untuk selalu memverivikasi
informasi apakah benar begitu adanya atau bagaimna.
·
Para wartawan harus memiliki
kebebasan dari sumber yang mereka liput
Kebebasan merupakan syarat yang mutlak yang harus dimiliki oleh
wartawan, sehingga menciptakan kredibilitas dan intregritas yang baik dalam
menyajikan informasi kepada masyarakat.
·
Wartawan harus mengemban tugas
sebagai pemantau yang bebebas terhadap kekuasaan
Prinsip ini menekankan pentingnya peran penjaga. Sebagai seorang
wartwan kita wajib melindungi kebebasan peran penjaga ini dengan tidak
merendahkannya, misalnya dengan menggunakannya secara sembarangan atau
mengeksploitasinya untuk keuntungan komersial.[10]
·
Jurnalisme harus menyediakan forum
untuk kritik dan komentar public
Diskusi public ini bisa melayani masyarakat dengan baik, ketika
mendapatkan suatu berita tidak serta merta dapat diterima oleh masyarakat, maka
disini jurnalisme harus menyediakan wadah dalam menanmpung kritik dan komentar
public agar kesinambungan hubungan tetap terjaga dengan baik.
·
Jurnalisme harus berusaha membuat
yang penting menjadi menarik dan relevan
Agar tidak terkesan monoton dan membosankan maka seorang wartawan
harus bisa mengemas berita semenarik mungkin. Sehingga menyenangkan masyarakat
dalam menerimanya.
·
Wartwawan harus menjaga agar berita
itu proporsional dan komprehensif
Prinsip disini
adalaj “jurnalisme adalah suatu bentuk dari kartografi”. Ia menciptakan sebuah
peta bagi masyarakat guna menentukan arah kehidupan.[11]
·
Wartawan itu memiliki kewajiban
utama terhadap suara hatinya
Sumber : Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar;
Jakarta:Kompas, 2007
[1] Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:1)
[2] Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:4)
[3] Dikutip dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara
(2007:5) lih. “Advice for the future” D.G.Hernandez, dalam editor &
publisher, Dec.28, 1996, hal. 9.
[4] Dikutip dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:7)
[5] Lih. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:7)
[6] Lih. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:7)
[7] Lih. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:8)
[8] dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:9)
[9] dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:10)
[10] dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:12)
[11] dari Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Luwi Ishwara (2007:13)
Post a Comment