Header Ads

Jurnalistik Radio | Materi Kuliah

 Jurnalistik Radio | Materi Kuliah

 

Jurnalistik Radio | Materi Kuliah

            Radio merupakan salah satu jenis jurnalistik yang menggunakan signyal atau pemancar satelit sebagai medianya, kalau kita sering kali mendengar kata “mengudara” di dalam dunia radio itu dikarenakan memang siarannyamelalui satelit, dan pula radio hanya menggunakan media audio saja. Sama halnya dengan surat kabar atau Koran, radio pun memliki karaktersiktik kekinian dalam pemberitaan.

 Sebagai contoh kita akan ambil Kantor Berita Radio 68H (KBR 68H) yang merupakan kantor berita radio independen.  Kantor Berita ini memvisikan fungsi penyalur akses informasi masyarakat, melalui informasi terbaru, independen, dan bisa dipercaya.[1]

Melalui teknologi satelit, KBR 68H membangun jaringan siaran jurnalistiknya dengan lebih dari 290 stasiun radio. Tiap stasiun radio yang bergabung dengan KBR 68H disambungkan dengan piranti parabola dan digital receiver, untuk menangkap program-progam 68Hyang dipancarkan melalui satelit.[2]

Format siaran jurnalistik radionya memiliki daya jangkau terhadap 20 juta pendengar di berbagai pelosok di lintasan gunung dan lembah geografis Indonesia. Pemberitaannya didukung sekitar 50 jurnalis di Jakarta dan 60 koresponden di berbagai kota.[3]

Format  pemberitaannya ditujukan  untuk  mendorong proses  transisi Indonesia menuju  demokrasi  yang lebih sehat. Pemberitaannya hendak memasok ruang diskusi publik dan kelancaran arus informasi. Pemberitaan 68H berniat menjadi penyedia platform bagi masyarakat yang "semakin terbuka, terlibat, dan memutuskan persoalan  mereka sendiri. sesuatu yang selama beberapa dekade lalu dihalangi-halangi oleh Pemerintah Orde Baru."[4]

Lewat radio, orang lebih in tune mendengar bahasa daerah masuk ke telinga. Bahasa lokal memang lebih enak didengar khalayak. Dan cas-cis-cus penyiar radio bisa menyedot perhatian. Tidak perlu melek hurup, untuk diajak tahu hal­ hal aktual. Mendengarkannya pun tidak perlu listrik, seperti televisi (saat itu), yang cukup kuat. Sambi! merem, berbagai hal masuk kuping kiri ke luar kuping kanan, dan satu-dua ada menancap di kepala dan perasaan. "Radio mendorong proses demokratisasi di Indonesia",tulis Sen dan Hill (hlm.J18). "Radio menjadi sumber  opini publik yang beraneka  ragam dan kedaerahan." Radio pun jadi "ala!bagi para aktor politik" menjangkaukhalayak pemilih yang rupa-rupa jenis.[5]

Radio Sebagai Medium

Radio memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan media lainnya yaitu televise dan surat kabar atau majalah, karena ketika ada suatu peristiwa yang terjadi secara tidak diduga, maka prinsip kerja radio lebih cepat, karena tidak membutuhkan persiapan seperti yang lainya, bahkan hanya dengan pesawat telepon saja sebuah peristiwa bisa segera mengudara. Inilah salah satu kelebihan radio disbanding dengan yang lainnya, itulah mengapa sebabnya eksistensi radio dalam dunia jurnalistiksampai detik ini masih bertahan. Sekalipun saingannya media cetak dan televise bisa jauh berkembang lebih pesat, tapi tetap saja urusn kecepatan radio tetap nomor satu.

Jikalau kita melihat aktivitas kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saja misalnya, ketika mereka sedang diperjalanan menuju tempat kerja, akan lebih banyak sambil menyetel radio daripada menonton televise atau membaca surat kabar, apa lagi jika dia menyetir mobil sendiri. Mungkin di zona seperti inilah radio akan lebih berkuasa dibandingkan dengan surat kabar atau televise. Dan juga dewasa ini acara-acara di radio tidak kalah menariknya dengan di televise.

Kita ambil stasiun radio yang cukup ternama di ibu kota yaitu Gen FM dan Jak FM dimana keduanya saling berdaing merebut hati pemirsa, jujur saya katakana sayapun salah satu penikmat radio terlebih jak fm dengan acara tawco (tawaran ngaco) atau eman (efeknya man) yang setiap pagi dibawakan oleh Ronald dan Tikeu ini sangat menarik, dan gen fm dengan acara salah sambungnya yang dibawakan Tije.keduanya sangat menguras perut dan cocok untuk menemani perjalanan dipagi hari yang nota b nya lalulintas macet. Setidaknya mengurangi tingkat emosi dijalan. Saya rasa jika semua statsiun radio demikian akan dapat dipastikan era mengudara tidak akan pernah punah.

 

Karakter Radio

Sama halnya dengan media cetak dan te;evisi tentunya radio pun memiliki karakteristik tersendiri. Berikut adalah kutipan dari beragai ahli komunikasi mengenai karakter radio:

 

1.      Bersifat Auditif

Seperti yang telah saya tuliskan diatas bahwasannya radio hanya bisa dinikmati secara audio saja, hanya suara, berbeda dengan media cetak yang secara visual dan televise merupakan gabungan dari audio dan visual. Sifat auditif inI member! batasan tertentu pada pelaporan radio. Pemberitaan radio mesti langsung, dan tepat, dipahami pendengar. Orang tidak boleh kalang kabut mencerna apa  yang  diomongkan penyiar  radio.  Apalagi sampai salah menyebut fakta, seperti nama, tempat, waktu, dan sebagainya.

Hal ini dikarenakan oleh ketldakmampuan radio untuk mengulang kembali apa yang sudah diberitakan. Sekali berita itu mengudara maka serentak, seketika, dan langsung pula  menjadi isu atau  opini  masyarakat. Bila  toh diralat,  belum tentu pendengar yang sama akan mendengarkannya kembali. Maka itu, akurasi pemaparan berita radio punya dimensi panting.[6]

 

2.      Selintas

Pemberitaan radio punya daya jangkau yang seketika, langsung membekas di benak khalayak. Dalam kejapan waktu sesaat, orang langsung menyimpulkan apa yang terjadi. Berbagai fakta dan peristiwa yang dilaporkan langsung memberi gambaran apa yang terjadi. 

Akibatnya fatal bila terjadi kesalahan. Orang agak kesulitan merubah apa yang  barusan didengarnya. Gambaran peristiwa yang telah  terjalin  agak  sulit untuk direka ulang. Tidak ada waktu lagi, tidak ada ala!lagi, tidak ada upaya lagi untukmerombaknya.[7]

 

3.      Imajinatif

 

Karena tidak adanya gambar, yang ada hanya suara jadi ketika membacakan sebuah cerita atau apapun itu ketika disertai dengan ekspresi maka hanya suara0suara yang dapat membangun pencitraan ini. Faktor imaji ini dibangun dari "suara-suara" yang disampaikan penyiar. Ketika penyiar menyampaikan sebuah kendaraan telah "nyemplung" ke dalam pari!, dan teronggok menunggu "derekan" mobil mengangkutnya ke pinggir jalan, maka bayangan pendengar dipenuhi oleh banyak gambaran kejadian yang terjadi.

 

Seperti kita membaca sebuah buku, dan buku itu menceritakan sebuah situasa dengan begitu detailnya menggunakan kata-kata, begitu pula dengan radio yang menggunakan suara-suara. Hal ini secara tidak sadar akan menimbulkan unsure imajinasi yang sangat kuat.

           

Fungsi Radio

Perkembangan teknologi radio akhirnya meningkatkan fungsi radio sebagai media jurnalisme. Keberadaan radio, kemudian, terkait dengan berbagai kepentingan masyarakat, seperti:kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern akan pengaruh opini publik, dengan fungsi jurnalisme radio dalam sistem komunikasi massa, dengan kreasi-kreasi dari dunia publikasi, dengan sajian feature yang bersifat auditif, dengan berbagai aturan perhubungan sosiallainnya.


   Jurnalisme radio membawa beberapa tugas penting jurnalistik. Jurnalisme radio bertugas melaporkan fakta-fakta. Juga, membuat estimasi, analisis, lnterpretasi terhadap berbagai fakta, berbagai peristiwa, dan fenomena. Dan, selanjutnya bertugas merepresentasikan fakta-fakta,  kejadian-kejadian, dan fenomena tersebut.[8]

 

 

 



[1] Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Obor, 2005), h. 99

[2] Ibid., h.99

[3] Ibid., h.99

[4] Ibid., h.99

[5] Ibid., h.100

[6] Ibid., h. 102

[7] Ibid., h. 102

[8] Ibid., h. 111

No comments