Historisitas Komunikasi Politik
Historisitas Komunikasi Politik
Awal studi komunikasi
politik terjadi pada tahun 1922. Ada tiga fase studi komunikasi politik, yaitu:
- Post facto experimental yang mengkaji efek televisi dalam pemilu
presiden
- Field experiment mengevaluasi keefektifan teknik-teknik
propaganda
- Content Analysis yang mengkaji bahasa
politik.
Menurut
Gabriel Almond : komunikasi
politik bukanlah fungsi yang berdiri sendiri, tapi proses penyampaian pesan
yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Adapun keenam
fungsi lainnya itu adalah: sosialisasi, rekrutmen, artikulasi, agregasi,
pembuatan aturan, pelaksanaan aturan dan penghakiman aturan.
Tokoh pengembang Komunikasi Politik
1. Walter Lippman (Content Analyze).
menemukan sebuah bias anti Bolsevhik di dalam liputan berita, yang
menuntun Lippman menjadi skeptis tentang bagaimana rata-rata anggota publik
Amerika dapat membentuk sebuah opini berkenaan dengan isu-isu penting hari ini.
2. Harold Lasswell (Penelitian Propaganda).
menganalisis efek pesan-pesan propoganda Jerman Versus Prancis, Inggris dan Amerika di
Perang Dunia I tahun 1927. Studi dilakukan lebih intensif selama Perang Dunia
II.
3. Paul Lazarsfeld (Efek Komunikasi Massa).
Lazarsfeld dan koleganya, meneliti
600 responden dalam pemilihan presiden Amerika, November 1940. Studi ini
diadakan di Erie County, Ohio. Waktu itu, risetnya terkait
dengan benarkah media massa memiliki efek powerfull dalam
mendeterminasi pemilih saat pemilu?
4. Mc Comb dan L Shaw (Agenda Setting).
McComb and Shaw (1972) menemukan hubungan yang kuat antara perangkingan
tentang empat atau lima isu dalam agenda media dengan perangkingan sejumlah
agenda publik. Implikasi penemuan ini adalah bahwa media benar-benar mengatakan
kepada publik ”what to talk about”.
Kontemporer Konteks Indonesia
1.
Kini industri
media massa, baik cetak maupun elektronika, tumbuh sangat pesat. Dinamisasi ini
menyebabkan munculnya hal-hal baru yang sangat terkait dengan keberadaan media
massa dalam politik. Di level kajian, kita bisa menyebut misalnya: studi
mengenai pengaruh media massa terhadap elektabilitas kandidat, hirarki pengaruh
dalam kepemilikan media oleh aktor politik, studi tentang peran dan fungsi
media dalam politik, analisis pesan media, dan lain-lain. Sementara di level
praktis, kita dapat menyebut contoh antara lain: media relations,
perencanaan media, dan publisitas politik di media.
2.
Tumbuh pesatnya
industri yang berbasis pada layanan jasa komunikasi, antara lain industri
periklanan (advertising), production house untuk acara-acara
televisi, radio dan film, event organizer, dan promotor. Bahkan kita
melihat kehadiran lembaga-lembaga konsultan politik yang kian menjamur di
Indonesia sebagai bentuk kemajuan baru komunikasi politik kontemporer. Seluruh
pasangan kandidat dalam Pemilu 2009 lalu menggunakan jasa para konsultan
politik untuk memenangkan pertarungan politik mereka. Ini membuktikan bahwa
komunikasi politik kian menunjukkan perannya yang sangat penting.
3.
maju pesatnya
teknologi ICT (information and communication technology). Saat ini,
komunikasi yang berlangsung di tataran komunikasi interpersonal, komunikasi
kelompok, komunikasi organisasi, dan lain-lain tidak lagi didominasi oleh
komunikasi secara fisik, melainkan sudah mengalami dinamisasi dengan masuknya basis
dukungan teknologi komunikasi. Salah satu contohnya adalah fenomena virtual
communication atau komunikasi online. Misalnya berkembangnya fenome hacktivist,
cyberdemocracy dll.
4.
Semakin
terbukanya proses demokratisasi di Indonesia. Saat ini Indonesia memasuki
fase-fase penting dalam proses konsolidasi demokrasi. Seluruh aktor politik,
baik individual maupun kolektif, dituntut memiliki kemampuan komunikasi politik
yang memadai. Tuntutan semacam ini berlaku bagi komunikator politik di suprastruktur
politik (legislatif, Eksekutif, dan yudikatif) maupun di level infrastruktur
(partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media massa, figur,
atau tokoh politik).
Post a Comment