Header Ads

Peranan Motivasi, Memori dan Belajar dalam Komunikasi

 Peranan Motivasi, Memori dan Belajar dalam Komunikasi

A. Motivasi

Motivasi itu sendiri merupakan istilah yang lebih umum digunakan untuk menggantikan terma “motif-motif” yang dalam bahasa inggris disebut dengan motive yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Karena itu terma motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan manusia atau disebut perbuatan atau juga tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Dan motivasi dengan sendirinya lebih berarti menunjuk kepada seluruh proses gerakan gerakan diatas, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu. Situasi tersebut serta tujuan akhir dan gerakan atau perbuatan menimbulkan terjadinya tingkah laku.[1]        

Hasan Langgulung berpendapat bahwa motivasi merupakan suatu keadaan Psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi itulah yang membimbing seseorang kea rah tujuan-tujuannya.[2]

Motivasi (factor pendorong) memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia, setidaknya ada empat peran motivasi, diantarany[3]a :

1.      Motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia dalam berbuat sesuatu, sehingga menjadi unsur penting dalam tingkah laku atau tindakan manusia.

2.      Motivasi berfungsi untuk menentukan arah dan tujuan.

3.      Motivasi berfungsi sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan oleh manusia baik atau buruk, sehingga tindakannya selektif.

4.      Motivasi berfungsi sebagai penguji sikap manusia dalam berkomunikasi sehingga bisa dilihat dari cara ia berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.

 

Adapun Cara kita untuk memotivasi diri sendiri ataupun memotivasi orang lain adalah :

1.      Menstimuli motivasi dengan janji dan ancaman

2.      Menstimuli motivasi dengan kisah-kisah

3.      Menstimuli motivasi dengan peristiwa-peristiwa penting

B. Memori

            Dalam berkomunikasi, baik itu komunikasi interpersonal maupun komunikasi antar pribadi, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia sebagai pengolah informasi. [4]Dimana bila informasi yang diperoleh terbatas, orang akan mencari jawaban sendiri; orang akan menarik kesimpulan tanpa menunggu sampai informasi itu lengkap lebih dahulu. Contoh bila tiba-tiba hujan lebat, orang akan menafsirkan gejala yang aneh ini mungkin pada pak Bakil kaya yang meninggal sore tadi.[5] Robert T. Craig (1979) bahkan meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisis pesan dan pengelolaan pesan.

            Lalu, apakah memori itu ? menurut Schlessinger dan Groves (1976) memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimulus itu direkam secara sadar atau tidak sadar. Berapa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi ? john Griffith, ahli matematika, menyebutkan 1011 (seratus triliun) bit (satu bit, dalam teori informasi, adalah satuan informasi terkecil). John Von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 1020 (280 kuintiliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi. Namun kita tidak perlu menghitung angka mana yang tepat, kita cukup mengetahui bahwa memori kita luar biasa. Wilden Penfield, ahli bedah syaraf, pernah melaporkan bagaimana rangsangan dengan jarum elestris pada bagian-bagian otak tertentu dapat menghadirkan kembali rekaman ini persis seperti memainkan rekaman video (penfield, 1958)[6]

            Seperti yang kita ketahui, memori melewati tiga proses, yakni; Perekaman (encoding), Penyimpanan (Storage), dan pemanggilan.

C. BELAJAR

Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar tidak hanya melibatkan penguasaan suatu kemampuan atau masalah akademik baru, tetapi juga perkembangan emosi, dan perkembangan kepribadian.

Kata belajar dalam pengertian kata sifat “mempelajari” berarti memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mempersepsikan secara langsung dengan indera. Ada empat jenis belajar, yaitu :[7]

a.       Habituasi. Yang dimaksud dengan habituasi adalah belajar untuk mengabaikan stimulus yang menjadi familiar dan tidak memiliki konsekuensi serius. Contohnya, mengabaikan bunyi detak jam baru.

b. Pengkondisian. Maksudnya adalah belajar melalui suatu peristiwa yang terjadi setelah peristiwa lain. Contohnya, bayi belajar melihat payudara ibunya, lalu menetek dan diikuti rasa susu ibu.

c. Pengkondisian operant. Maksudnya adalah bahwa orang belajar melalui suatu respond dan akan diikuti oleh urutan tertentu. Contoh, anak kecil yang memukul saudaranya akan diikuti oleh larangan dari orang tuanya.

d. Belajar kompleks. Dalam belajar kompleks melibatkan sesuatu selain pembentukan asosiasi. Contohnya, menerapkan suatu strategi saat memecahkan masalah.

Allah membekali manusia dengan potensi fitrah untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan, kemahiran, serta pekerjaan yang dapat menambah potensinya dalam mengemban tanggung jawab di muka bumi. Contoh belajar Tentang Bahasa.

Kemampuan mempelajari bahasa merupakan nikmat istimewa yang diberikan Allah kepada manusia, sekaligus poin yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya, karena bahasa adalah media komunikasi dalam memahami sesuatu, yang dapat mengantarkannya meraih ilmu pengetahuan.

Ketika seorang anak mulai mempelajari bahasa sebagai alat berkomunikasi, ia akan mulai memahami berbagai hal dengan mudah, sehingga kemampuan berpikirnya menjadi bertambah.



[1] Nuruddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 99-100

[2] Nuruddin, Psikologi Agama, h.100

[3] Nuruddin, Psikologi Agama, h. 101-102

[4] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, hal. 61

[5] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, hal. 37

[6] Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, hal. 61

[7] Nety hartati dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003 )h. 56

komunikator ganjar

No comments