Header Ads

Asal-Usul Aliran Sufisme

 Asal-Usul Aliran Sufisme

            Teori-teori mengenai asal timbul atau munculnya aliran ini dalam Islam juga berbeda-beda, antara lain:

1.    Pengaruh Kristen dengan paham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Dalam literatur Arab memang terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib yang mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang di malam hari menjadi penunjuk jalan bagi kafilah yang lalu, kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman dan kemurahan hati mereka menjadi tempat memperoleh makan bagi musafir yang kelaparan. Dikatakan bahwa zahid (زاهد) dan sufi Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri, adalah atas pengaruh cara hidup rahib-rahib Kristen ini.

2.    Falsafat mistik Pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam samawi. Untuk memperoleh hidup senang di alam samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup materi, yaitu zuhud (الزهد), untuk selanjutnya berkontemplasi., inilah menurut pendapat sebagian orang, yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.

3.    Falsafat emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini  memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ke tempat asalnya roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Penyucian roh ialah dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, kalau bisa bersatu dengan Tuhan. Dikatakan pula bahwa falsafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam Islam.

4.    Ajaran Budha dengan paham nirwananya. Untuk mencapai nirwana, orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Paham fana’ (الفناء) yang terdapat dalam sufisme hampir serupa dengan paham nirwana.

5.    Ajaran-ajaran Hinduisme yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atma dengan Brahman.

Inilah beberapa paham dan ajaran yang menurut teorinya mempengaruhi timbul dan

munculnya sufisme di kalangan umat Islam. Apakah teori ini benar atau tidak, itu payah dapat dibuktian. Tetapi bagaimanapun, dengan atau tanpa pengaruh-pengaruh dari luar, sufisme bisa timbul dalam Islam.

            Di dalam Quran memang terdapat ayat-ayat yang mengatakan bahwa manusia dekat sekali dengan Tuhan. Di antaranya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِـبَادِي عَـنِّيى فَإِ نِّي قَرِيبٌ أُحِيبُ دَعْـؤوَةَ الدَّاعِ إِ ذَا دَعَانِ ...

(البقرة,۱۸٦)  

“Jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan yang memanggil jika Aku dipanggil ...”

(Q.S. al-Baqarah, 2:186)

Tuhan di sini mengatakan bahwa Ia dekat pada manusia dan mengabulkan permintaan yang meminta. Oleh kaum sufi da’a (دءـا) di sini diartikan berseru, yaitu Tuhan mengabulkan seruan yang ingin dekat pada-Nya.

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَ لُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ... (البقرة,۱١٥)  

“Timur dan Barat adalah kepunyaan Tuhan, ke mana saja kamu berpaling di situ ada wajah Tuhan.” (Q.S. al-Baqarah, 2:115)

Ke mana saja masnusia berpaling, demikian ayat ini, manusia akan berjumpa dengan Tuhan. Demikianlah dekatnya manusia kepada Tuhan. Ayat berikut dengan lebih tegas mengatakan betapa dekatnya manusia kepada Tuhan.

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (ق, ١٦)

“Telah Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepada manusia daripada pembuluh darah yang ada di lehernya.” (Q.S. Qaaf, 50:16)

 

Ayat ini mengandung arti bahwa Tuhan ada di dalam, bukan di luar, diri manusia. Paham sama diberikan ayat berikut:

فَلَمْ تَقْتُلُو هُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى ...

(الاْنفال, ١٧)

“Bukanlah kamu yang membunuh mereke, tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukanlah engkau yang melontar ketika engkau melontar, tetapi Allah lah yang melontar.” (Q.S. al-Anfaal, 8:17)

Dapat diartikan dari ayat ini bahwa Tuhan dengan manusia sebenarnya satu. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan.

            Bukan ayat-ayat Quean saja, tetapi hadis juga ada yang mengabarkan dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan.

مَنْ عَـرَفَ نَفْـسَهُ فَقَدْ عَــرَ فَ رَبَّــهُ

“Orang yang mengetahui dirinya, itulah orang yang mengetahui Tuhan.”

Hadis ini juga mengandung arti bahwa manusia dengan Tuhan adalah satu. Untuk mengetahui Tuhan,orang tak perlu pergi jauh-jauh. Cukup ia masuk ke dalam dirinya dan mencoba mengetahui dirinya. Dengan kenal pada dirinya ia akan kenal pada Tuhan.

كُنْتُ كَنْزٌا مَــخْفِيًّا فَأَ حَبَبْتُ اَنْ اُعْـرَ فَ فَخَلَـقْتُ اَلْخَلْــقَ فِـى عَــرَ فُـوْ نِى .

“Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku mereka pun kenal pada-Ku.”

Hadis ini mengatakan bahwa Tuhan ingin dikenal dan untuk dikenal itu Tuhan menciptakan makhluk. Ini mengandung arti bahwa Tuhan dengan makhluk adalah satu, karena melalui makhluk Tuhan dikenal.

            Jadi, terlepas dari kemungkinan adanya atau tidak adanya pengaruh dari luar, ayat-ayat serta hadis-hadis seperti tersebut di atas dapat membawa kepada timbulnya aliran sufi dalam Islam, yaitu kalau yang di maksud dengan sufisme ialah ajaran-ajaran tentang berada sedekat mungkin pada Tuhan.

No comments