JURNALISTIK TELEVISI | Materi Kuliah
Jurnalistik Televisi
Oleh : Ganjar Miftahul Haq
Pengantar
Industri pertelivisian di Indonesia
sekarang semakin berkembang saja, terlebih kita ketahui sekarang banyak sekali
stasiun-stasiun televisi baru bermunculan, yang dahuu hanya ada tv negeri yaitu
TVRI, kemudian dipicu dengan munculnya
tv swasta pertama yaitu RCTI yang kemudian di susul oleh SCTV, TPI, ANtv,
Indosiar, Metro tv, Transtv, Global tv, Tv-7, Lativi di Jakarta belum lagi
dengan tv lokal lainnya yang semakin banyak bermunculan. Hal ini tentu saja
dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di negeri kita, walaupun pada faktanya masih
banyak rakyat miskin dengan ekonomi yang sangat lemah, tapi hal ini tidak
menjadi alasan bagi pertumbuhan perekonomian yang menyebabkan tumbuhnya pula
perkembangan industry televisi di tanah air. Tidak hanya dari faktor ekonomi
saja yang memicu berkembangnya industri televisi di tanah air kita, namun dengan tumbangnya era orde baru juga
memberikan andil kepada masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya dan salah
satu media massa yang sangat menudukung tentu saja televisi.
Seiring dengan perkembangan industri
pertelevisian di indonesia mungkinkah akan menggeser peranan media cetak dan
radio di negeri kita? Jawabannya bisa saja mungkin bisa juga tidak, pasalnya
setiap daripada media massa tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri, di bab sebelumnya kita sudah membahas mengenai media cetak dan
radio, dan juga telah dipaparkan bagaimana karakteristik masing-masing dan
bagaimana masing-masing memainkan perannya. Bahkan sangat dimungkinkan
ketiganya bisa saling melengkapi antara satu dan yang lainnya. Hal ini tidak
terlepas dari masing-masing medium yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap
masyarakat.
Sejarah Televisi
Televisi, merupakan perkembangan
medium media massa setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik
yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah
Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah
alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe.
Penemuannya tersebut melahirkan electrische telescope atau televisi elektris.[1]
Perkembangan
teknologi pertelevisian saat ini sudah sangat pesatnya sehingga dampak
siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batasanantara satu negara
dengan negara yang lainnya terlebih sejak digunakannya satelit untuk
memancarkan signal televisi.[2]
Apa lagi sekarang adanya tv kabel yang memungkinkan bisa menonton siaran
diseluruh pelosok dunia tanpa adanya halangan geografis. Hal ini merupakan
fakta yang nyata di era konseptual ini yang memunculkan teknologi-teknologi
mutakhir khusunya di bidang informasi.
Dalam buku
Empat Windu TVRI disebutkan pula bahwa media televisi mengalami
perubahanTelevisi generasi pertama adalah televisi hitam putih yang kita kenal
di Indonesia pada tahun 60-an. Kemudian berkembang pada generasi kedua muncul
tv berwarna yang menggunakan warna dasar Merah, Hijau, Biru yang disebut dengan
RGG. Selanjutnya pada generasi ketiga munculah HDTV yang menjamin kesempurnaan
tontonan.[3]
Dan sekarang hadir kembali HDMI yang lebih mutakhir lagi dengan kesempurnaan
kualitas video dan kualitas audio.
Saat ini
sedikitnya terdapat sepuluh produk teknologi pertelevisian di dunia yang
digunakan orang sebagai media untuk menyampaikan pesan atau hiburan, yaitu:[4]
1. High Definition System, kamera vidio yang
dilengkapi sistem editing yang mampu merekam serta mentransfer secara langsung.
2. Imax System, memberikan kesan seluruh
penontonnya seolah-olah terlibat dalam cerita.
3. Diamond Vision System, sistem yang mampu
memproyeksikan video signal pada layar lebar.
4. Teletext System, adalah surat kabar elektronik
yang isinya berita, ramalan cuaca, harga pasar serta pengumuman lain.
5. Still Picture Broadcasting System, untuk
keperluan pendidikan
6. Cable Television System, sinyal penyiaran yang
dilakukan secara khusus kepada pelanggan melalui dekoder.
7. Pay Television System, penyiaran melalui
sentral video hanya untuk satu tempat dengan cara membayar setiap kali ingin
menonton. Biasanya menggunakan uang koin.
8. Broadcasting Satelite Live System, menggunakan
parabola untuk menangkap siaran tersebut.
9. High Definition Television System, HDTV
Berbagai penemuan dalam teknologi diatas
memiliki spesifik yang tipis antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja setiap
kurun waktu tertentu akan terus bermunculan teknologi terbaru, seperti yang
terbaru adalah sistem HDMI, hal ini akan menjadi latar belakang seorang ilmuwan
komunikasi untuk terus berinovasi dan mengembangkan industri pertelevisian.
Program Siaran
Dalam siaran
acara atau film di stasiun televisi indonesia kita sering mengenal, multivision
plus, cinemart, starvision dan lain semacamnya ini merupakan beberapa Production
House di negeri kita yang biasa menjual program acara atau film kepada
satsiun televisi, dan hal ini dilakukan di Amerika, keunggulan dengan sistem
seperti ini adalah bisa saling menguntungkan satu sama lainnya. Di Indonesia
pun memberlakukan sistem seperti itu, tapi karena persaingan antara satu
stasiun dengan stasiun lainnya tidak menutup kemungkinan stasiun televisi
membuat program acaranya sendiri guna menarik minat pemirsa dan menaikan rating
dari acara tersebut demi meningkatkan nilai jual pada pemasang iklan. Dalam hal
ini memerlukan kejelian daripada seorang direktur program untuk memilah dan
memilih acara yang akan ditayangkan agar sebisa mungkin benar-benar memiliki
nilai jual bagi pemasang iklan.
Kita ambil contoh program acara dari stasiun
Trans7 milik Chairul Tanjung yaitu program acara “On The Spot” sebuah acara
yang cukup menarik dan mendapatkan rating yang cukup tinggi. Dalam acara itu
memuat informasi-informasi unik dari berbagai belahan dunia yang kemudian
dikemas pula dengan cara yang menarik. Padahal jika kita ketahui acara
tersebut mengeluarkan biaya produksi
yang tidak besar, namun dengan ratingnnya yang cukup tinggi memiliki nilai jual
bagi para pemasang iklan. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh seorang
direktur program. Bagaimana dengan biaya produksi yang minimal tapi bisa
memiliki nilai jual yang tinggi.
Atau bisa kita ambil contoh yang lainnya dari
acara-acara yang mengadopsi dari Amerika atau Inggris seperti; Indonesian Idol,
Mamamia, Indonesia Mencari Bakat (Britain Got Talent) hal demikian juga
dilakukan demi mendapatkan rating yang tinggi sehingga meningkatkan nilai jual.
Pada intinya setiap stasiun televisi selalu berupaya menyiarkan acara-acara
yang sangat menarik pemirsa agar dilirik para pengiklan.
Karakteristik Jurnalistik Televisi
Perbedaan
antara karya jurnalistik cetak dan elektronik (televisi) terdapat unsur-unsur
dominan yang menjadi ciri khas dari kedua media tersebut, yakni adanya
penampilan anchor, narasumber, dan bahasa yang digunakan.[5]
Penampilan
Anchor (Penyaji Berita). Media cetak mengandalkan rentetan kalimat dan
kata-kata, seekali ditingkahi dengan foto dan ilustrasi berita. Kekuatan berita
di media cetak ini tentunya pada aspek pemilihan kata (diksi), terutama untuk
headline (judul). Sementara sebagai pengait dan pemikat pembaca unsur lead
(teras berita) menjadi kekuatan berikutnya.[6]
[1] Deddy Iskandar Muda, Jurnalsitik
Televisi (Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 4
[2] Ibid., h. 4
[3] Askurifai Baskin,
Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 8
[4] Deddy Iskandar Muda, Jurnalsitik
Televisi (Bandung: Rosda Karya, 2005), h. 5-7
[5] Askurifai Baskin,
Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 63
[6] Ibid., h. 63
Post a Comment