Header Ads

Essay Sistem Komunikasi Kelompok

 Essay Sistem Komunikasi Kelompok


komunikasi kelompok


Kita hidup dalam kelompok, dan dalam kelompok setiap anggotanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Setiap hari, setiap orang menghabiskan banyak waktunya dengan berbagai jenis kelompok, seperti kelompok keluarga, kelompok kerja di kantor, klub sosial, kelompok agama, klub kesehatana, dan sebagainya. Dari berbagai kelompok ini, kita mendapatkan informasi tentang dunia di seputar kita dan sebaliknya, kita memberi informasi bagi kelompok yang kita masuki. Kelompok menentukan cara kita berkata, berpakaian, bekerja dan bahkan keadaan emosi serta suka duka kita. Komunikais kelompok digunakan untuk bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan prilaku, mengembangkan kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran.[1]


1.      Klasifikasi kelompok

Orang-orang yang berkumpul belum tentu merupakan sebuah kelompok. Orang-orang yang berkumpul begitu saja, misalnya di terminal bus, di lapangan bola, dan sebagainya tidak disebut kelompok tetapi agregat. Sekumpulan orang disebut kelompok jika[1] :

a.       Ada kesadaran dari anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka atau adanya rasa saling memiliki. Perasaan ini tidak dimiliki oleh orang di luar kelompoknya.

b.      Memilii tujuan dan organisasi dan melibatkan interaksi di antara anggotanya.

Menurut Charles Pavitt dan ellen curtis , sebuah kelompok dibentuk umumnya dengan tujuan[2] :

a.       Produktivitas

Produktivitas merujuk pada pembentukan kelompok dalam rangka menyelesaikan tugas tertentu. Misalnya : Pembentukan kelompok makalah presentasi di kelas.

b.      Morale

Morale merujuk pada pembentukan kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota akan tujuan-tujuan pribadi dan sosial, seperti dukungan, perhatian dan hubungan antarpribadi. Misalnya, seperti kelompok gamers, kelompok sepeda santai atau semacamnya. Tidak ada tugas tertentu yang harus mereka selesaikan dengan berkelompok seperti itu. Namun para anggotanya merasakan aktivitas yang jauh lebih menyenangkan dilakukan berkelompok dari pada sendiri.

 

1)      Kelompok Primer dan Sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.[1]

Perbedaan utama dari kedua kelompok ini dapat dilihat dari karakteristik komunikasinya :

a)     Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat mendalam dan meluas. Dalam berarti menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi. Meluas berarti sedikitnya kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Komunikasi menggunakan lambang verbal dan nonverbal.

Pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat dangkal (hanya berkenaan dengan hal-hal tertentu). Lambang komunikasi umumnya verbal dan sedikit sekali nonverbal.

b)     Komunikasi pada kelompok primer bersifat pribadi. Pada kelompok sekunder bersifat impersonal.

c)     Komunikasi pada kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi pada kelompok primer tidak mementingkan isi, tetapi bertujuan untuk memelihara, menjaga, atau mengembangkan hubungan yang telah berlangsung lama.

d)     Pada kelompok primer, komunikasi bersifat ekspresif dan informal. sedngkan pada kelompok sekunder komunikasi bersifat instrumen dan formal.[2]


2)     Kelompok Deskriptif dan Kelompok Presikriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.

Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.[1]


1.      Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Kelompok berpengaruh dalam tiga hal, yaitu[1] :

a)      Konformitas

Konformitas adalah perubahan prilaku atau kepercayaan menuju (normal) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok; yang nyata atau dibayangkan. (Kiesler dan Kiesler, 1996)

Faktor-faktor yang memperngaruhi konformitas meliputi interaksi antara faktor situasional dan faktor personal. Yang termasuk dalam faktor situasional ialah : kejelasan situasi (makin tidak jelas, makin mungkin untuk melakukan konformitas), Kontes situasi, Cara menyampaikan penilaian , Karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok, tingkat kesepakatan kelompok.

 

Sementara itu, beberapa faktor personal yang memperngaruhi konformitas meliputi : usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan, serta motivasi. 

b)      Fasilitasi Sosial

Fasilitasi sosial menurut Allport adalah kondisi prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok. Fasilitasi sosial menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitaas kerja karena ditonton kelompok. Namun Allport juga menemukan bahwa fasilitasi sosial tidak selalu memudahkan pekerjaan. kehadiran kelompok bersifat fasilitatif bila pekerjaan yang dilakukan berupa pekerjaan keterampilan yang sederhana. Sebaliknya, kelompok mempersukar pekerjaan bila pekerjaan itu berkenaan dengan nalar dan penilaian.  

c)      Polarisasi

Ada kecenderungan orang justru membuat keputusan yang lebih berani ketika mereka berada dlam kelompok daripada ketika mereka sendirian. Gejala ini disebut “geseran resiko” (risky shift). Lebih tepat lagi jika gejala ini merujuk pada gejala yang lebih umum yaitu geseran menuju polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrim. Polarisasi ini boleh jadi disebabkan pada proporsi argumentasi yang menyokong sikap atau tindakan tertentu.


1.      Tahap Perkembangan Kelompok

Penelitian tentang perkembangan kelompok tugas menunjukkan bahwa kelompok berkembang melalui tahap-tahap[1] :

1)      Orientasi

2)      Konflik

3)      Kemunculan

4)      Penguatan

Tahap pertama ditandai oleh perkenalan anggota kelompok saling menyatakan pandangan, dan pembentukan jaringan serta pembagian tugas. Pada pembagian tugas biasanya terjadi perbedaan pandangan yang akan menciptakan polarisasi pendapat. Pada saat inilah kemungkinan terjadi konflik. Ketika tugas kelompok mendekati selesai, kerja sama antarindividu di dalam kelompok meningkat, kemudian mendorong dan juga memperkuat solusi kelompo. Dinamika kelompok ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : waktu yang diperlukan kelompok untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, ukuran kelompok, sikap dan perasaan anggota kelompok terhadap tugas yang harus dihadapi, serta sikap dan perasaan anggota terhadap anggota lainnya


1.      Budaya Kelompok

Ketika suatu jaringan terbentuk, maka simbol dan aturan muncul dan dibakukan melalui komunikasi. Muncullah budaya kelompok, misalnya : bahasa rahasia, pakaian khusus yang dipakai anggota, salam khas ketika bertemu dan sebagainya.

Budaya kelompok berfungsi untuk : membentuk identitas kelompok, membedakan satu kelompok dengan kelompok lain, dan memnerikan rasa kebersamaan dalam kelompok yang kemudian membangun kedekatan kelompok.[1]



[1] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.11-7.12

 


[1] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.11

 


[1] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.8-7.9

 



[2] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.5

 


[1] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.2-7.3

 

[2] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.3

 


[1] Dra. Siti muthmainnah dan Drs. Ahmad fauzi, Psikologi Komunikasi, Jakarta : 2005, Universitas terbuka. hal. 7.1


No comments