Fungsi Dan Tugas Redaktur Pelaksana dalam Organisasi Media
Fungsi Dan Tugas Redaktur Pelaksana dalam Organisasi Media
1. Redaktur Pelaksana (managing editor)
Penanggung jawab seluruh pelaksanaan
pencarian berita adalah redaktur pelaksana. Ia menjadi sosok yang selalu hadir
di ruang pemberitaan. Setiap redaktur dan wartawan akan berhubungan dengannya.
Ia memutuskan berbagai berita utama harus ditempatkan dihalaman mana. Ia
melakukan rapat-rapat yang membahas biaya ruang pemberitaan. Ia membuat
berbagai kebijkaan redaksi berdasarkan hasil konsultasinya dengan pemimpin
Redaksi. Pada media yang besar, ia dibantu oleh beberapa asisten yang
bertanggungjawab dalam bidang-bidang redaksional tertentu.[1]
Sedangkan menurut Totok Djuroto dalam buku Manajemen
Penerbitan Pers Redaktur
pelaksana (managing editor) adalah
pembantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan
tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan
tertentu, redaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur
halaman (editor) sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Tanggung jawab redaktur pelaksana adalah langsung
kepada pemimpin redaksi.
#Managing Editor
Bagian redaksi meliputi segala hal atau
tingkatan dari pekerjaan penulisan. Daam tugas penulisan ini, ada kemampuan
kerja yang harus dikuasai, diantaranya : mengolah laporan (berita).[2]
Ini berarti upaya penyampaian laporan
bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami khalayak dengan tingkatan pendidikan
yang berbeda. Kesederhanaan penulisan
sangat ditekankan. Gaya penyajian laporan yang ruwet dan banyak menggunakan
istilah yang sulit dimengerti. Untuk itulah, berbagai jabatan yang ada di
jajaran redaksional dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi, yang dibantu oleh
seorang redaktur pelaksana (managing editor), dan berbagai redaktur lainnya,
yaitu:
a. Layout Editor (redaktur design), yang
membawahi pekerjaan Art design.
b. Photo Editor (redaktur foto) yang membawahi
pekerjaan fotografi.
c. News editors ( redaktur berita) Ia adalah
yang mengontrol copy desk, bagian naskah (sebelum dicetak), dimana editing
akhir berita dikerjakan serta halaman didesain dan headlines ditulis. Yang
berhubungan dengan redaktur Berita ialah para redaktur naskah, yang
menyempurnakan berbagau kesalahan atau kekurangan dalam tiap naskah berita.
Redaktur Naskah mengecek keabsahan informasi, termasuk ejaan nama dan akurasu
berbaagai keterangan, dan membuat headlines. Mereka juga memotong dan mengukur
foto dan pekerjaan artwork lain, menata letak halaman cetak di ruang composing
hingga berita masuk kedalam ruang secara pas.[3]
d. Feature editor ( redaktur berita-feature).
Dimana ia mengatur dan mengeksekusi pemberitaan untuk feature.
e. [4]Sports editor ( redaktur olahraga)
f.
Other Dept. ( Redaktur bidang pemberitaan lainnya). Bertugas untuk
membantu redaktur lain dalam melaksanakan peranannya dan,
g. Editorial ( redaktur opini dan tajuk
rencana). Ia adalah orang yang membidangi halaman opini. Ia biasanya
mengerjakan Tajuk Rencana, yang mencerminkan sikap media terhadap berbagai
kejadian aktual di masyarakat. Ia memilah-milah kiriman artikel para penulis
lepasm ia juga mengontak para kolumnis yang dipilihnya, atau direncanakan
redaksi, untuk menulisakn sebuah soal kemasyarakatan. Ia menjadi penjaga gawang
perbedaan fakta dan opini.[5]
Pada bagian pemberitaan ada beberapa
jabatan :
a. Copy editors (Redaktur Naskah Berita) yang
bertugas menerima berita yang masuk dari wartawan di lapangan.
b. Reporters ( para wartawan) yang bertugas
meliput berita di lapangan.
Terlepas dari kerja pelaporan para redaktur
dan staff nya itu, semua redaktur berhubungan erat dengan instruksi yang
ditekankan redaktur pelaksana hasil liputan para reporter yang mendapat
penugasan untuk meliput di lapangan.
Pemimpin redaksi, dibantu para redaktur, bertugas
memilih berita-berita atau gambar-gambar maupun berbagai feature yang akan
dimuat. Juga mengadakan berbagai penilaian di segala soal teknis redaksional.
Ia mengawasi seluruh pekerjaan redaktur, memimpin rapat redaksi, dan
bertanggung jawab terhadap keseluruhan isi pers yang ia pimpin.[6]
2. Proses kerja pemberitaan : Surat kabar
Bagaimanakah berita dibuat di ruang pemberitaan?
Dari wartwan, berita dibuat, ia mengecek, me re-check, dan mengoreksi, sebelum diajukan kepada redaktur. Ditangan redaktur, naskah berita dibaca, ditelusuri materi dan rincian keterangannya, lalu dikirim ke redaktur berita. Di tangan redaktur berita, berita tersebut siputuskan, berita itu dikirim kepada Bagian Naskah. Ia menghitung bagian panjang pendeknya naskah dan ukuran huruf judul yang diperlukan. Lalu ia mengirimkannya ke redaktur naskah : untuk di cek kembali isi beritanya. Usai mengecek, redaktur naskah mengirim kembali kepada bagian naskah untuk dikoreksi kembali. Usai itu, barulah naskah dikirim kepadaa bagian tata letak (setting). Ketika redaktur menerima naskah berita, dia harus membaca dan membuat beberapa catatan. Setelah membubuhkan beberapa keterangan, redaktur biasanya memanggil si wartawan pembuat berita tersebut. Ia menginstruksikan perubahan yang mesti diperbaiki. Jika tidak terlalu sukar, maka redaktur bisa me-rewrite-nya.
Tapi,
bila perubahan itu cukup subtansial, menyangkut wawancara narasumber, si
wartawan mesti melakukan pekerjaan yang lumayan berat. Setelah itu, naskah
tersebut mesti kembali diperiksa kembali oleh redaktur. Dibaca ulang revisinya.
Diedit kembali dengan hati-hati. Ini pun belum selesai. Bisa jadi, si wartawan
harus me-rewrite naskahnya kembali. Bila si wartawan sudah kepayahan, maka
redaktur yang mengerjakan beberapa penambahan dan penulisan ulang. Mereka
menambal beberapa kekurangannya.
Pekerjaaan asisten redaktur ini amatlah jamak dilakukan oleh sebuah sistem
kerja pemberitaan. Sebuah naskah berita menjadi lebih baik ditangan lebih dari
saati redaktur. Masing-masing melihat kekurangan yang harus diisi. Tinjauan
beragam biasanya memperbaiki mutu tulisan.[7]
[1] Septiawan Santana K. 2005. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia: h. 191
[2] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 192
[3] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 192
[4] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 194-195
[5] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 192
[6] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 195
[7] Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer: h. 196-198
Post a Comment