Definisi Sufisme Dalam Kajian Antropologi Agama
Definisi Sufisme Dalam Kajian Antropologi Agama
Ada banyak definisi mengenai tasawuf yang
dikemukakan oleh para ahli dalam beberapa buku tasawuf dan semacamnya, kita
bisa mengatakan bahwa menurut kaum sufi itu sendiri, tasawuf pada umumnya
bermakna menempuh kehidupan zuhud, menghindari
gemerlap kehidupan duniawi, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai
jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melantunkan
berbagai jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah
dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat. Dalam pengertian ini, tasawuf adalah
usaha menaklukan dimensi jasmani manusia agar tunduk kepada dimnesi ruhani
(nafs), dengan berbagai cara, sambil bergerak menuju keasempurnaan akhlak
seperti dinyatakan kaum sufi, dan meraih pengetahuan atau makrifat tentang zat
Ilahi dan kesempurnaanya menuntut kaum sufi, proses ini disebut sebagai
mengetahui hakikat”.[1]
Selain
bersikap zuhud, tasawuf juga merupakan sebuah jalan kontemplatif yang mandiri
dan berdiri sendiri, tasawuf akan melepaskan dirinya dari madzhab-madzhab fiqh teologis, seperti madzhab Malikiyyah dan
Hanbaliyyah.[2]
Awal mula kemunculan tasawuf adalah ditandai oleh perkembangan dunia barat dan
eropa yang sedikit banyaknya mempengaruhi sosial, politik, budaya dan keagamaan
pada abad ke-9 silam. Selain itu kemunculan tasawuf juga dipicu oleh perubahan
peradabaan islam sendiri dari dalam.
Tasawuf
dapat didefinisikan sebagai spiritualitas islam, yang boleh dikatakan, tasawuf
bertalian dengan kehidupan roh dalam pengertian yang serta merta, dan ia juga
bertalian dengan thariqah, yang secara umum berarti jalan spiritual, yang
dibedakan dari syari’at.[3]
[1] Dr. Ibrahim Hilal, Tasawuf, Antara agama dan filsafat (Bandung,
Pustaka Hidayah 2002), h. 19
[2] Ibnu Athaillah
As-sakandari h. 7
[3] Ibid., h. 8
Post a Comment