Jenis-Jenis Jurnalistik | Materi Kuliah
Jenis-Jenis Jurnalistik | Materi Kuliah
1. Jurnalisme Warga Negara (Citizen Journalism)
Dewasi ini seringkali bahkan sudah menjadi suatu hal yang sangat popular kita mendengar blog, blog ini biasa disebut dengan jurnalisme warga Negara. Terkait dengan semakin berkembangnya dunia internet sebagai media dari pada jurnalisme warga Negara ini menjadikan jurnalisme warga Negara sebagai genre baru dalam dunia jurnalistik. Sebagai sesuatu yang baru tentu saja hal ini menimbulkan pro dan kontra. Kita akan mencoba mengkaji “apakah jurnalisme warga Negara ini termasuk kepada jenis jurnalistik atau tidak?” karena jikalau kita menimbang dari berbagai aspek syarat jurnalisme dan mengikuti definisi jurnalisme dalam arti klasik selama ini tentu saja jurnalisme warganegara bukan termasuk jurnalistik karena tidak memenuhi berbagai syarat tersebut. Karena pada hakikatnya jurnalisme warganegara ini hanyalah aktivitas seseorang dalam menulis harian atau semacamanya namun dengan menggunakan media internet. Tentu saja dari hal ini kita bisa menilai bahwa aktivitas yang dilakukan dalam blog tidak bisa kita sebut sebagai jurnalistik, karena dalam sebuah blog kita bisa memuat informasi apa saja tanpa adanya kegiatan atau proses yang mengharuskan seorang wartawan bekerja.
Tapi lain hal nya dengan fakta yang terjadi di lapangan bahwasannya masyarakat sudah menganggap bahwa jurnalisme warganegara sebagai jurnalistik terlebih jika kita menilai bahwa jurnalistik itu menginformasikan kejadian kepada masyarakat, maka blog pun bisa dikatakan sebagai jurnalistik sekalipun tidak memenuhi syarat kinerja seorang wartawan pada umumnya.
Namun dari kedua penjelasan diatas saya sendiri sebagai penulis papper ini berpendapat bahwa blog bisa termasuk kepada jurnalistik dan juga tidak itu tergantung pada informasi yang disajikan penulis. Karena hampir jarang sekali kita menemukan dalam sebuah blog terdapat unsure kekinian yang menjadi syarat utama jurnalistik. biasanya informasi-informasi yang kita dapat dari sebuah blog itu informasi yang sudah lama, karena apa, jikalau ada unsure kekinian dalam sebuah blog maka dapat dipastikan penulis blog itu harus menjalani proses kinerja sebagai seorang wartawan. Dan jika ada unsure kekinian maka menurut saya blog bisa dikatakan sebagai jurnalistik.
Kini kita bisa mengetahui definisi dari jurnalisme warga Negara (citizen
journalism) adalah keterlibatan warga Negara dalam memberitakan sesuatu.
Seorang tanpa memandang latar belakang pendidikan, keahlian dapat merencanakan,
menggali, mencari, mengolah, melaporkan informasi (tulisan, gambar, foto,
tuturan), video kepada orang lain. Jadi setiap orang bisa menjadi wartawan (ini
menurut penganjur citizen journalism).[1]
Bentuk Bentuk Jurnalisme Warga Negara
D. Lasica membagi media citizen
journalism dalam beberapa bentuk, melalui tulisannya dalam Online Journalism
Review(2003). Sebagai berikut:[1]
- Partisipasi audiens.
- Berita independen dan informasi yang ditulis di website.
- Partisipasi di berita situs.
- Tulisan ringan seperti dalam milis, dan e-mail.
- Situs pemancar pribadi (video situs pemancar).
Kelebihan Jurnalisme Warga Negara
- Citizen Journalism mendorong
terciptanya iklim demokratisasi.
- Memupuk budaya tulis dan baca masyarakat.
- Mematangkan terciptanya public sphere (ruang public) di masyarakat.
- Manifestasi fungsi watch dog (kontrol social) media.
Tantangan Jurnalisme Warga Negara
Jika kita memakai krikteria
jurnalisme yang selama ini kita kenal, jelas citizen journalism bukan kegiatan
jurnalistik. Berkaitan dengan itu ada beberapa tantangan yang perlu
dikemukakan.[1]
- Masalah profesionalisme. (aturan yang mengikat jurnalis berdasarkan lembaga yang menaungi atau perusahaan).
- Jurnalis adalah seorang terlatih.
- Jurnalis terikat oleh system.
- Jurnalis bukan anonim.
- Kualitas isi penting.
- Jurnalis terikat hukum.
2. Jurnalisme Presisi
Presisi. Mendengar kata itu dalam
dunia jurnalistik tentu saja merupakan hal yang cukup asing. Tentu saja karena
jurnalisme presisi termasuk pada jenis baru dalam jurnalistik. Jika kita
melihat dari segi bahasa kata “presisi” mengandung arti “ketepatan”. Seperti
apakah ketepetan yang dimaksud dalam jurnalisme presisi ini?.
Salah satu syarat dari jurnalistik
adalah informasi yang factual, benar-benar terjadi bukan hanya isapan jempol
belaka atau hanya sebuah pengkira-kiraan. Di dalam menyajikan suatu berita yang
factual tentu saja harus ada data-data yang tepat. Nah, Jurnalisme Presisi
merupakan suatu aplikasi ilmu social dalam dunia jurnalistik. Jadi syarat yang
ada pada ilmu social digunakan dalam lapangan jurnalistik. Dengan kata lain
jurnalisme presisi adaalah kegiatan jurnalistik yang menekankan ketepatan
informasi atau data dengan melakukan pendekatan social dalam proses kerjanya.[1]
Dan juga akurasidalam mengumpulkan data menjadi syarat dalam ilmu social berlaku juga
dalam jurnalistik.
Dalam tayangan “Metro Pagi” pada
hari senin, 15 Oktober di Metrotv
membahas mengenai survey calon presiden dengan nama-nama baru. Jikalau
dalam pemilu biasanya calon presiden yang muncul adalah tokoh-tokoh politik
ternama maka dalam survey ini mencoba memunculkan nama-nama baru dalam kancah
politik. Muncul 36 nama baru yang dipresiksikan mampu menjadi presiden RI yang
akan datang dengan penilaian dari berbagai aspek. Untuk mendapatkan data yang
factual seperti ini maka harus dilakukan survey terhadap masyarakat. Apa yang
dilakukan oleh Metrotv ini menjadi alat
salah satu alat yang dikenal dengan nama Jurnalime Presisi.
3. Jurnalisme Kuning
Dalam Koran Poskota halaman pertama di sudut kanan bawah dikolom “wah ini dia” sering kita melihat berita-berita yang sensasional, yang gile banget pokoknya. Dapat kita lihat dari judul-judulnya yang terlihat seram dan sadis, misal; istri dibacok karena selingkuh, seorang anak tega membakar ibunya kesal tidak dibelikan motor, dan lain sebagainya. Atau dalam Koran Lampu Merah misalkan di halaman pertama biasanya memuat berita-berita yang sensasional dan menarik. Dengan kata lain dalam membuat judul ada sesuatu yang dilebih-lebihkan atau bisa disebut dengan majas hiperbola. Judul berita seperti ini mempunyai maksud dan tujuan aga menarik pembaca sehingga akan membeli Koran tersebut. Hal yang seperti inilah yang disebut dengan Jurnalisme Kuning dengan ciri khas pemberitaan yang sensasional dan penuh daya tarik.
Jurnalisme kuning adalah Jurnalisme pemburukan makna. Ini
disebabkan Karena orientasi pembuatnya lebih menekankan pada berita-berita
sensasional dari pada substansi isinya.[1] Jika
kita lihat dari sudut pandang seorang jurnalis yang dituntut etika dan
profesionalitasnya maka jurnalisme kuning seperti ini sangatlah buruk, hanya
demi mencari keuntungan semata sampai-sampai melebih-lebihkan pemberitaan.
4. Jurnalisme Lher
Hampir sama dengan jurnalisme kuning jjurnalisme lher juga memuat berita-berita yang sensasional, namun yang membedakannya adalah jika jurnalisme kuning melebih-lebihkan dalam judul dengan konotasi yang lebih buruk dan terkesan sadis, maka jurnalisme lher lebih kepada pornografi karena di dalammnya memuat gambar-gambar wanita yang menampilkan dada dan paha dari berbagai pose yang panas juga disertai dengan judul-judul yang memicu pada seks.
Sebagai contoh dari jurnalisme lher saya akan mengupas sedikit
tentang sebuah iklan minuman. Coba kita perhatikan iklan segar sari susu soda
yang dibintangi oleh Julia perez. Siapa sih yang tidak kenal dengan Julia
Perez? Dari anak SD pun mungkin sudah tau bahwa Julia Perez itu adalah aktris
yang terkenal denan image nya yang panas. Sekarang coba kita perhatikan iklan
segar sari susu soda, dengan gayanya Jupe dan busananya yang minim sekali, ada
adegan ketika jupe mengatakan “segar sari susu soda, sampe tumpeh-tumpeh”
dengan gaya dan desahan Jupe yang menurut saya erotis itu termasuk pada
jurnalisme lher terlebih itu iklan minuman susu dengan bintang yang menampilkan
dadanya yang seksi. Hal ini bisa mengacu pada seks sekalipun yang dimaksudkan
adalah prosuk tersebut.
5. Jurnalisme Perdamaian dan Jurnalisme Perang
6. Jurnalisme Kepiting
Mungkin yang ada dalam benak anda ketika mendengar kepiting adalah suatu binatang air yang berjalan kesamping, dan mungkin menjadi dajian kuliner yang cukup terkenal bagi para pecinta seafood. Atau mungkin dalam benak anda terpikirkan seorang jurnalis yang mencari berita dengan cara meminggir layaknya kepiting.
Memang betul tapi bukan itu yang dimaksud dari jurnalisme kepiting ini. Namun yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti yang dituturkan oleh pemilik kompas, ya tentu saja Jakob Oetama menuturkan di depan wartawan peserta KLW-PWI (Karya Latihan Wartawan) bahwa sikapnya sebagai wartawan selalu berhati-hati. Ibarat orang yang sedang berjalan di dasar sungai dan kakinya meraba-raba apakah ada bahaya di depan. Jika ada kepiting dirasakan menggigit kakinya, maka akan cepat-cepat mundur selangkah. Kalau kepiting sudah tidak ada lagi, barulah ia maju kedepan.[1] Inilah alasan mengapa disebutkan sebagai jurnalisme kepiting, yaitu berkaitan dengan sikapnya yang berhati-hati dalam mengekspose berita. Melangkah sedikit melihat respon dari penguasa sejauh mana memberikan kebebasan kepada pers, jika keadaan aman maka akan melangkah lagi.
Memang kita ketahui bahwasannya tidak semua penguasa membebaskan
pers, kita bisa menengok kembali sejarahnya pemerintahan Soeharto dimana
kebebasan pers dan suara masyarakat cukup tertekan. Dapat kita ambil contoh
kasus Iwan Fals yang dipenjara karena lagu-lagunya yang menyindir pemerintahan
Soeharto. Maka dalam hal ini sikap kehatia-hatian harus dimiliki oleh seorang
jurnalis.
[1] Ibid., h. 230.
[1] Ibid., h. 226.
[1] Ibid., h. 220-222.
[1] Ibid., h. 217.
[1] Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: Rajawali, 2009),
h. 215.
Post a Comment