Header Ads

Untukmu yang Kuliah Sambil Kerja | Artikel

 Yes, hal ini memang terkadang menyulitkan kita yang harus rela meluangkan segalanya lebih daripada yang lain. Waktu, tenaga, pikiran, biaya bukan hal yang cukup mudah bagi kita mengatur semua agar harmonis dan berjalan dengan semestinya. Setelah seharian bekerja, yang semestinya kita pulang beristirahat atau sekedar merebahkan diri dan menitipkan lelahnya hari pada sang malam tapi kita harus rela meluangkan waktu beberapa jam lagi untuk mengikuti kelas. Menajamkan pikiran, mengasah keilmuan. Terkadang hal itu membawa penat yang sedikit memuncak. Bukan berarti kita “Lemah” wajar jika lelah. Belum terhitung berbagai tugas yang berderet akan membuat kita harus rela menunda lelap tidur yang sudah kita nantikan sejak sore. Setelah pada itu terkadang kita pun harus bersiap kembali menjemput pagi yang akan datang. Dan teruslah berlalu seperti itu.

Terkadang kita berfikir.

“enak ya mereka, kuliah tanpa beban”

“enak ya mereka, enggak mikirin bayaran”

“enak ya mereka, punya banyak tumpuan”

“enak ya mereka,…”

“enak ya mereka,….”

Dan sederet “enak ya mereka” yang terus berlalu lalang di jalan pikiran kita.

Sedangkan kita?

Berlomba dengan waktu yang terus memburu. Sebab kita ingin ilmu.

Tak terhitung berapa tinggi detak jantung kita, seberapa basah tubuh kita yang berbalut peluh. Mengejar waktu dari tempat kerja menuju kampus dengan harapan tak tertinggal kelas. Kadang kita pun dibuat was-was terus melirik arloji. Pekerjaan tak jua usai, sedang waktu kelas semakin mendekat. Setiap hari kita mengalami itu.

Apa kita tak seberuntung mereka? Mereka tanpa mencari uang mendapat ilmu.

“kalo gitu ya gampang, jalanya ringan. wajar dong jika kita iri ke mereka?”

Tidak, kurasa tidak. Itu sama sekali tidak wajar.

Sebab kita semua sudah berjalan pada garis Edar-Nya. Jalan cerita yang kita lalui adalah skenario terbaik dari-Nya.

Yes, tentu saja ini terdengar pahit dan tidak adil. Tapi kopi tak pernah protes kenapa ia diciptakan begitu pahit. Sedang gula manis ? itu garis takdirnya tercipta “Pahit” dan dia mampu menyempurnakan rasa dengan adanya gula.

Begitupun kita. Ini garis takdir kita.

Tak perlu membandingkan dan beriri hati dengan mereka.

Ini jalan kita, itu jalan mereka. Kita ada karna mereka ada, begitupun mereka ada karna kita ada. Percayalah ada banyak hal yang tidak bisa kita cerna hanya dengan pemikiran kita. Kita hanya perlu menjalani semua dengan ikhlas dan terus berusaha menjadi yang terbaik. Jangan lagi bandingkan jalan kita dengan mereka. Mereka yang seolah berjalan tanpa beban. Sesungguhnya mereka memiliki beban lain. Hanya saja kita tidak pernah tahu beban yang mereka pikul.

Kita masih harus tetap berjalan. Dan hari ini, semestinya kita lebih. . .

“Percaya Diri”

 

Pesan:

Untukmu yang kuliah tanpa harus bekerja, dirimu punya lebih banyak waktu untuk belajar. Maka, jangan sia-siakan kesempatanmu selagi luang waktumu. Belajarlah apapun, meski kelas sudah usai. Banyak hal yang bisa kau pelajari diluar sana. Jangan pernah sia-siakan waktumu. Belajarlah, berkaryalah dan jadilah legenda untuk dirimu sendiri.

Untukmu yang kuliah lagi bekerja, ini memang sulit. Tapi percayalah hasil takan mengkhianati proses asal kaupun jangan pernah sekali kali mengkhianati proses. Antara kau, proses dan hasil itu saling berhubungan. Seriuslah belajar. Jangan jadikan lelah sebagai alasan kau tak benar-benar belajar. Kelas memang terkadang membosankan, membuatmu kantuk atau sekedar memainkan ponsel untuk mengusir jenuhmu. Pesanku, simpan ponselmu, buka bukumu, dengarkan apa yang disampaikan dosen, catat dan pelajari kembali disela-sela kesibukanmu bekerja. Percayalah hasil yang indah akan menyertaimu.

 

“Hasil takan mengkhianati proses. Asal kau tak khianati prosesmu”

No comments